“Jangan takut membuat kesalahan. Tapi jangan sampai kamu membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya” Akio Morita.
Coba tengok koleksi gadget atau barang elektronik Anda. Adakah merek SONY di sana? Mungkin saat ini sebuah TV SONY tengah “duduk manis” di rak TV. Bisa juga sebuah walkman atau discman senantiasa standby di tas untuk mengusir kebosanan perjalanan Anda.
Tidak punya barang elektronik merek SONY? Tak mengapa. Tapi akui saja, agan-agan pasti punya keinginan untuk suatu saat punya barang bermerek mentereng asal Jepang ini.
Ah, ane jadi ingat pengalaman ane di pertengahan 1990-an. Waktu itu jumlah media di Indonesia tak sebanyak sekarang. Tapi di antara sedikitnya jumlah media waktu itu, di kalangan wartawan ada guyonan untuk mengetahui apakah media yang bersangkutan bonafid atau tidak. Lihat saja tape perekam yang dibawa wartawan itu.
Jika merek-nya non SONY, maka sering dibilang medianya kurang bonafid. Yang paling bangga bila menenteng micro tape recorder merek SONY. Rasanya semua mata akan melirik saat mengeluarkan benda mungil itu dari tas. Maklum saja, waktu itu harganya memang tak murah tapi dikenal sangat bandel untuk kerja “jumpalitan” ala para jurnalis.
Di kalangan produsen elektronik, SONY memang punya tempat tersendiri. Selain jaminan mutu, inovasi hebat yang dilakukan SONY sering dibilang sampai mengubah gaya hidup dan kebudayaan. Bahkan, nah ini hebatnya, nama produk SONY banyak yang sudah menjadi kata benda. Walkman dan handycam adalah contohnya.
Walkman
Handycam
Orang sering latah menyebut video camcorder dengan handycam-padahal handycam adalah merek dagang SONY untuk camcorder produksinya. Sama halnya dengan menyebut walkman untuk produk mini tape genggam.
Sosok di balik kesuksesan SONY yang di tahun 2004 membeli studio film MGM senilai Rp 26,65 triliun di Amerika Serikat adalah Akio Morita. Konglomerat yang sederhana ini dilahirkan di Nagoya, 26 Januari 1921. Sejak kecil ayah Akio sebenarnya mengharapkan ia meneruskan usaha keluarga yang telah berusia lebih dari 300 tahun sebagai pembuat minuman khas Jepang, sake.
Tapi, Akio rupanya punya minat lain. Sejak belia ia sudah senang membongkar-bongkar peralatan elektronik. Pernah suatu ketika, sang ayah menghadiahkan gramofon mahal untuk ibu Akio.
Gramofon
Sepulang sekolah, Akio tertarik dengan barang baru itu dan saat ibunya beranjak tidur ia mengutak-atik gramofon anyar tadi. Maksudnya sih bagus, ia ingin membuat suaranya lebih bagus.
Alih-alih suara merdu, gramofon tadi malah jadi bisu. Kontan sang ibu meradang dan melarang untuk mengutak-atik barang eletronik lagi. Namun larangan tadi tak menghentikan minatnya terhadap benda eletronik. Apalagi, Akio juga gandrung dengan mata pelajaran matematika dan fisika. Klop sudah, ia pun melanjutkan studinya di jurusan fisika di Osaka Imperial University.
Saat Perang Dunia II pecah, Akio diangkat menjadi letnan angkatan laut dan menangani bagian riset militer dan sipil. Di sinilah ia bertemu dengan Masaru Ibuka yang nantinya menjadi partner setianya mengembangkan SONY.
Akio Morita Sedang Berpanco Dengan Masaru Ibuka
Usai perang, Akio dan Masaru mencoba peruntunganya dengan mendirikan pabrik suku cadang radio dan phonograf pada tanggal 7 Mei 1946. Bermodal 50 ribu yen celengan Akio, mereka menamakan usahanya Tokyo Tsushin Kogyo K.K. Sebagai penghematan, mereka memilih rumah yang sangat sederhana sebagai workshop dengan 20 karyawan.
Suatu ketika Masaru mendapat order mereparasi sebuah alat di NHK. Di sana, tatapannya terpaku pada kotak besar bertuliskan tape recorder yang di zaman itu merupakan barang langka. Setelah ratusan kali mengalami kegagalan, akhirnya Masaru dan Akio berhasil membuat tape recorder di tahun 1949. Bahkan ia juga mampu membuat pita kaset.
Tape recorder Pertama Buatan Sony
Sayang, penjualannya seret karena banyak orang Jepang tak tahu kegunaan alat itu. Di titik inilah Akio menyadari pentingnya strategi pemasaran yang tepat. Belajar dari kesalahannya, akhirnya ia berhasil mendapatkan pembeli pertamanya, yakni kantor pengadilan yang membutuhkan tape recorder untuk merekam jalannya sidang.
Namun ia tak puas dan berusaha mengecilkan ukuran tape recorder, karena lebih mudah diterima pasar. Langkah berani dilakukan setelah ia dan Masaru membeli paten transistor dari Bell Laboratories. Lantas dibangunlah pabrik pertama yang mempekerjakan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu.
Radio Transistor Pertama Buatan Sony
Tahun 1955 mereka berhasil membuat radio transistor berukuran kecil yang merupakan terobosan besar di zamannya. Meskipun mencatat sukses penjualan di Jepang, namun pasar di Amerika Serikat yang menyukai benda-benda berukuran besar gagal ditembus. Gagal lagi.
Setelah usaha berkembang, di tahun 1958 nama Tokyo Tsushin Kabushiki Kaisha dirubah menjadi SONY. Pertimbangannya, nama itu mudah diingat dan diucapkan bagi konsumen internasional.
Memang, Akio punya obsesi menembus pasar internasional dan salah satu pintu masuknya adalah menaklukkan Amerika Serikat. Bahkan, ia berani memboyong keluarganya pindah ke Negeri Paman Sam di tahun 1962 untuk mempelajari budaya di sana.
Kesempatan emas datang ketika ada tawaran dari IBM agar SONY membuat pita untuk merekam data komputer. Di tahun 1970, Akio dengan berani membuka pabriknya di California dan sejak itu maju pesat berkat keandalan mutu produknya. Ide brilian dan kreatif Akio menjadi motor utamanya.
VCR Pertama Buatan Sony
Tahun 1975 lahirlah produk Video Cassette Recorder (VCR) Betamax pertama di dunia yang mencatat hit penjualan dan mengubah gaya hidup manusia. Lima tahun kemudian dilansirlah produk yang menghebohkan di masanya: walkman! Ide pemasarannya pun cukup nyleneh. Akio menyewa beberapa anak muda berpenampilan gaul untuk memakai walkman dan berjalan-jalan di Ginza. Tak butuh waktu lama, wabah walkman melanda seluruh dunia.
Entrepreneur, insinyur dan salesman kelas dunia ini tutup usia tanggal 3 Oktober 1999 di Tokyo. Ada satu hal yang tak pernah ditakutinya yaitu kegagalan. Baginya, kegagalan hanyalah sukses yang tertunda. Dan anak pembuat sake ini sudah membuktikannya.
Nama : Akio Morita
Tanggal Lahir : 26 Januari 1921
Meninggal : 3 Oktober 1999
Tempat Lahir : Nagoya, Jepang
Sony (dalam katakana: ソニー) adalah perusahaan elektronik yang berpusat di Tokyo, Jepang. Sekarang ini Sony merupakan produsen elektronik terbesar di dunia dan salah satu perusahaan terbesar di Jepang dan dunia.
Perusahaan Sony diperdagangkan di Bursa Saham Tokyo dengan nomor 6758 dan Bursa Saham New York sebagai SNE melalui ADR.
Sejarah
Sony didirikan pada 7 Mei 1946 dengan nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo dengan sekitar 20 karyawan. Produk konsumen mereka yang pertama adalah sebuah penanak nasi pada akhir 1940an. Seiring dengan berkembangnya Sony sebagai perusahaan internasional yang besar, ia membeli perusahaan lain yang mempunyai sejarah yang lebih lama termasuk Columbia Records (perusahaan rekaman tertua yang masih ada, didirikan pada tahun 1888).
Ketika Tokyo Tsushin Kogyo sedang mencari nama yang sudah diromanisasi (bukan dalam bahasa maupun tulisan Jepang) untuk memasarkan perusahaan mereka, mereka mempertimbangkan dengan kuat untuk menggunakan singkatan mereka, TTK. Alasan mereka tidak memilihnya adalah karena ada perusahaan kereta api Tokyo Kyuko yang saat itu dikenal sebagai TKK.
Nama "Sony" dipilih sebagai gabungan kata Latin sonus, yang merupakan akar dari sonik dan bunyi, dan kata Inggris sonny ("anak kecil") yang setelah dikombinasikan berarti sekelompok kecil anak muda yang memiliki energi dan kemauan keras terhadap kreasi dan inovasi ide yang tak terbataskan. Pada saat itu, sangatlah aneh bagi sebuah perusahaan Jepang untuk menggunakan huruf Roman untuk mengeja namanya, apalagi penggunaan aksara fonetis yang digunakan dalam penulisan bahasa Jepang (daripada menggunakan aksara Tionghoa). Dan pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama " Sony Corporation " sebagai nama perusahaan. Mudah digunakan dan mudah dieja dalam segala bahasa dunia. Nama Sony menggaungkan semangat kebebasan dan keterbukaan dalam inovasi.
Langkah ini mendapatkan tentangan; bank yang merupakan sponsor TTK saat itu, Mitsui mempunyai persaan yang kuat terhadap nama tersebut. Mereka menginginkan nama seperti Sony Electronic Industries, atau Sony Teletech. Tetapi pendirian Akio Morita tetap teguh, karena dia tidak ingin nama perusahaannya terkait dengan industri apapun juga. Akhirnya, sang Ketua Bandai dan Presiden Masaru Ibuka memberikan persetujuannya.
Pada 1988, Sony membeli CBS (Columbia) Records Group dari CBS. Ia kemudian dinamakan "Sony Music Entertainment".
Pada 2000, Sony mempunyai penjualan sebesar US $63 milyar dan 189.700 karyawan. Sony mengakuisisi perusahaan Aiwa pada 2002.
Sony juga memiliki saluran televisi di India dan saluran-saluran yang ditujukan untuk komunitas India di Eropa.
Standar Sony
Sony secara sejarah terkenal karena sering memaksakan standar ciptaan mereka sendiri untuk teknologi perekaman dan penyimpanan, yang sering berbeda dari buatan perusahaan lain / dari tren di pasaran . Yang paling terkenal dari semuanya adalah perang format kaset video pada awal 1980-an, ketika Sony memasarkan sistem Betamax mereka untuk perekam kaset video melawan format VHS buatan JVC. Pada akhirnya, VHS mendapatkan tempat di pasaran luas dan menjadi standar dunia untuk pemutar kaset video rumahan dan Sony terpaksa mengalah.
Sony terus mencoba taktik yang sama dengan teknologi ciptaan mereka selanjutnya; misalnya format rekaman digital mereka, Minidisc didorong untuk menjadi pengganti kaset audio sementara saingannya memilih CD-R dan MP3.
Sony juga menggunakan secara besar-besaran modul memori MemoryStick mereka untuk kamera digital dan peralatan portabel lainnya, yang sedikit digunakan perusahaan lainnya. Sony juga mencoba bersaing dengan zip drive Iomega dan Imation Superdisk melalui HiFD buatan mereka namun gagal besar.
Perkembangan
Pada 20 Juli 2004, Uni Eropa menyetujui merger 50-50 antara Sony Music Entertainment dan BMG. Perusahaan baru tersebut akan bernama Sony BMG dan akan bersama rekan RIAA Universal, menguasai 60% dari pasar musik dunia.
Pada 13 September 2004, sebuah konsorsium pimpinan Sony menyelesaikan perjanjian untuk membeli studio film terkenal Metro-Goldwyn-Mayer seharga $5 milyar, termasuk $2 juta dalam bentuk hutang.
Sumber :
Posting Komentar